1.
Awal Kelahiran
Perkembangan analisis wacana pada
1970-an menunjukkan dua kecenderungan. Di satu pihak, analisis struktural teks
atau analisis percakapan menjadi kajian bahasa yang abstrak dan jauh terlepas
dari penggunaan bahasa yang aktual seperti yang dilakukan oleh tata bahasa
kalimat sebelumnya. Di lain pihak, kajian bahasa dalam konteks sosial
memfokuskan perhatian pada contoh-contoh penggunaan bahasa dan komunikasi yang
sepele dan hampir tidak kritis. Selanjutnya, analisis wacana mendapat pengaruh
dari teori linguistik kritis, teori sosial, dan filsafat kritis aliran Frankurt
serta teori struktural baru pascastrukturalisme yang berkembang di Perancis
melalui karya-karya Bourdieu, Foucault, dan Derrida. Analisis wacana ini
kemudian disebut analisis wacana kritis. Dalam pandangan kritis, fitur-fitur
wacana lebih dipandang hanya sebagai gejala (symptoms) dari persoalan-persoalan sosial yang lebih besar, seperti
ketidaksamaan, perbedaan kelas, seksisme, rasisme, kekuasaan, dan dominasi
subjek daripada sekedar fenomena teks dan tuturan.
2.
Beberapa Tokoh Analisis Wacana Kritis
Beberapa tokoh-tokoh analisis
wacana kritis, yaitu:
a. Roger
Fowler, guru besar linguistik di Universitas East Anglia yang diidentikkan
dengan critical linguistics, sebuah
perspektif linguistik yang meneruskan pandangan linguistik fungsional-semantik
Halliday.
b. Teun
A. van Dijk, maha guru studi wacana di Universitas Amsterdam dan visiting professor at the Department of
Translation and Philology at Pornpeu Fabra University Barcelona, dikaitkan
dengan pendekatan kognisi sosial dalam analisis wacana kritis.
c. Norman
Fairclough, reader in Linguistics in the
Department of Linguistics and Modern English Language at the University of
Lancaster, England, dikaitkan dengan pendekatan perubahan sosiokultural
dalam analisis wacana.
d. Ruth
Wodak, guru besar dalam Linguistik Terapan di Universitas Wina dan Director of the Research Centre for
Discourse, Politics and Identity at the Austrian Academy of Sciences,
dikaitkan dengan pendekatan sejarah wacana (discourse
historical approach) dalam analisis wacana.
3. Beberapa Pengertian
Berikut adalah pengertian dari
beberapa istilah penting dalam analisis wacana kritis.
a. Analisis
wacana kritis
Menurut Van Dijk, analisis wacana
kritis adalah sebuah kajian tentang relasi-relasi antara wacana, kuasa,
dominasi, ketidaksamaan sosial, dan posisi analisis wacana dalam relasi-relasi
sosial itu. Wacana dalam pandangan Fairclough harus dilihat secara simultan
sebagai teks-teks bahasa (baik lisan maupun tertulis), praksis kewacanaan
(produksi teks dan interpretasi teks), serta praksis sosial
(perubahan-perubahan masyarakat, institusi, kebudayaan yang menentukan bentuk
dan makna sebuah wacana). Ketiga unsur wacana menurut Fairclough tersebut
disebut dengan dimensi wacana.
b. Teks,
konteks, dan wacana
Teks dipandang sebagai fenomena
lingual yang berdiri sendiri dan terpisah dari situasi tuturan. Wacana
merupakan teks yang berada dalam situasi tuturan atau teks dalam konteks. Dalam
wacana terdapat makna-makna konteks yang lebih luas.
c. Institusi
dan wacana institusi
Institusi adalah pranata tempat
individu terlibat dan menyatu dalam menjalankan peran sosial. Institusi
memiliki peranan penting dalam kajian wacana kritis karena wacana kritis
memandang subjek individu selalu berada dalam kungkungan institusi. Misalnya,
wartawan akan berada dalam penguasaan pemilik modal surat kabar atau televisi
tertentu.
Istilah wacana institusi ditemukan dalam karya
Fowler, Wodak, dan Thornborrow. Habermas menyatakan bahwa tuturan institusi
sebagai contoh wacana strategis (wacana yang bermuatan kekuasaan dan diatur
oleh tujuan) yang dibedakan dari wacana komunikatif (wacana yang mengandung
hubungan simetris antarpenutur dalam mencapai kesepahaman di antara penutur
tersebut). Dalam hal ini, wacana gender adalah wacana strategis (wacana
institusi), perempuan tidak memiliki hak, kewajiban, dan akses yang seimbang
dengan laki-laki dalam pembentukan penafsiran wacana publik.
4.
Lahan Kajian bagi Analisis Wacana Kritis
Kelahiran analisis wacana kritis
bertujuan untuk menyempurnakan analisis wacana (deskriptif) agar lebih relevan
dengan meninggalkan batas-batas kontrol akademis dan masuk dalam bidang-bidang
sosiopolitik. Banyak bidang tempat analisis wacana kritis berperan, antara lain
wacana dalam hubungan gender, laporan dalam wacana media massa, undang-undang
kekuasaan dalam wacana autoritas, komunikasi lintas budaya, wacana politik dan
birokrasi, tanya jawab di ruang pengadilan, wacana dokter – pasien, dan wacana
pekerja imigran.
5.
Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Kajian terhadap pandangan van Dijk,
Fairclough, dan Wodak merumuskan sejumlah karakteristik wacana kritis, yaitu
sebagai berikut.
a. Wacana
sebagai Tindakan
Wacana adalah bentuk interaksi, hal
ini mengandung dua implikasi, yaitu (1) wacana dipandang sebagai sesuatu yang
bertujuan, baik untuk mempengaruhi, membujuk, menyanggah, atau pun mempersuasif
serta (2) wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar,
terkontrol, dan bukan sesuatu yang ada di luar kendali atau diekspresikan di
luar kesadaran.
b. Peran
Konteks dalam Produksi dan Interpretasi Wacana
Dalam paradigma wacana kritis,
wacana diproduksi, dimengerti, dan ditafsirkan dalam konteks tertentu. Wacana
merupakan teks dalam konteks. Titik perhatian analisis wacana adalah
menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses
komunikasi.
c. Wacana
sebagai Produk Historis
Dalam paradigma kritis, wacana
ditempatkan dalam konteks kesejarahan tertentu, berada pada ruang waktu
tertentu dan akan selalu berhubungan dengan waktu lainnya.
d. Wacana
sebagai Pertarungan Kekuasaan
Dalam paradigma kritis, setiap
wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau lainnya tidak dipandang
sebagai sesuatu yang alamiah, netral, dan wajar melainkan merupakan bentuk
pertarungan kekuasaan.
e. Wacana
sebagai Praktik Ideologi
Dalam paradigma kritis, wacana dipandang sebagai
praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu yang akan selalu
mewarnai bentuk sebuah wacana. Dua hal penting mengenai ideologi dalam wacana,
yaitu (1) ideologi selalu membutuhkan anggota kelompok, komunitas, atau
masyarakat yang mematuhi dan memperjuangkan ideologi itu dan (2) ideologi
digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas.
6.
Makna Kritis dalam Analisis Wacana Kritis
Istilah kritis yang melekat pada
analisis wacana mengandung pengertian berikut.
a. Fitur
Wacana Hanya sebagai Gejala dari Persoalan yang Lebih Besar
Dalam pandangan kritis, fitur-fitur
wacana lebih dipandang hanya sebagai gejala-gejala dari persoalan yang lebih
besar, seperti ketidaksamaan, perbedaan kelas, seksisme, rasisme, kekuasaan,
dan dominasi subjek daripada sekedar fenomena teks dan tuturan.
b. Dominasi
Satu Formasi Ideologis Diskursif dalam Setiap Institusi
Menurut Fairclough, setiap
institusi sosial selalu berisi satu formasi ideologi diskursif (cara-cara berbicara
dan cara-cara melihat) yang dominan. Formasi ideologi diskursif yang dominan
tersebut cenderung menaturalisasikan ideologinya pada kelompok lain sebagai
sebuah akal sehat yang tampak nonideologis.
c. Hubungan
Dialektis antara Struktur Mikro dan Makro
Pendekatan kritis memiliki dasar
teoretis dalam memandang hubungan timbal balik antara peristiwa mikro (tindak
verbal) dan struktur makro yang mengkondisikan dan menghasilkan peristiwa mikro
itu. Dengan dialektis antara makro dan mikro dalam kajiannya, analisis wacana
kritis dapat mengungkapkan naturalisasi-naturalisasi yang terjadi serta membuat
secara jelas determinasi-determinasi sosial dan pengaruh wacana bagi
partisipan. Dalam konteks ini, partisipan harus memiliki dasar pengetahuan yang
menyangkut empat dimensi, yakni pengetahuan tentang kode bahasa, prinsip dan
norma penggunaan bahasa, situasi, dan dunia.
d. Tujuan
Kritis dan Naturalisasi
Menurut Fairclough, tujuan kritis
dalam analisis wacana dapat merumuskan jawaban dari pertanyaan berikut.
·
Bagaimana masyarakat bisa menjadi tidak
sadar tentang bagaimana cara-cara mereka berbicara yang sudah ditentukan secara
sosial?
·
Apa pengaruh-pengaruh sosial yang dapat
ditimbulkan pada mereka?
·
Bagaimanakan naturalisasi ideologi itu
terjadi?
·
Bagaimanakan naturalisasi itu
dibenarkan?
·
Apakah yang menentukan tingkat
naturalisasi dalam kasus-kasus tertentu?
·
Bagaimanakah mungkin kita mengubah
tingkat naturalisasi itu?
e. Tiga
Kritikan terhadap Analisis Wacana Deskriptif
Tiga hal yang dipercayai dalam
analisis wacana deskriptif yang menjadi pusat kritik analisis wacana kritis
yaitu:
·
konsep tentang pengetahuan latar
belakang (background knowledge)
mereduksi aspek materi latar belakang yang diperlukan dalam interaksi, seperti
kepercayaan, nilai, ideologi, dan pengetahuan
·
adopsi model penjelasan lokal yang
didorong tujuan (goal driven)
cenderung melebih-lebihkan keluasan tindakan di bawah kontrol subjek tanpa
sadar
·
pengabaian aspek kekuasaan (power) dalam wacana.
7.
Prosedur Analisis Wacana Kritis
Menganalisis wacana secara kritis
hakikatnya adalah secara integral menganalisis tiga dimensi wacana yang
diungkapkan Fairclough. Prosedur analisis wacana kritis digambarkan oleh
Fairclough sebagai berikut.
a. Analisis
Teks Bahasa
Pada tahap ini, dilakukan analisis
terhadap:
i. kosakata,
fitur lingual yang dikaji adalah pola klasifikasi yang tergambar dalam teks,
kata-kata ideologis yang diperjuangkan, proses-proses leksikal, relasi makna
yang ideologis, ekspresi eufemistik, kata-kata formal dan informal yang
mencolok, evaluasi positif dan negatif, serta metafora
ii. gramatikal,
fitur lingual yang dikaji adalah ketransitifan, nominalisasi, kalimat aktif –
pasif, kalimat positif – negatif, modus-modus kalimat, modalitas relasional,
pronominal persona, serta modalitas ekspresif
iii. struktur
teks, fitur lingual yang dikaji adalah konvensi interaksi serta penataan dan
pengurutan teks.
b. Analisis
Praktik Kewacanaan
Tahap ini merupakan tahap
menafsirkan relasi antara produksi dan interpretasi proses-proses diskursif.
Dua hal yang patut diperhatikan adalah:
i. interpretasi
teks, mencakup empat ranah interpretasi, yaitu bentuk lahir tuturan, makna
ujaran, koherensi lokal, serta struktur teks dan poin
ii. interpretasi
konteks, mencakup dua level interpretasi, yaitu konteks situasional dan konteks
antarteks.
c. Analisis
Praktik Sosiokultural
Hubungan antara teks dan struktur sosial
dimediasikan oleh konteks sosial wacana. Analisis tahap ketiga ini berupa tahap
menjelaskan relasi fitur-fitur tekstual yang heterogen beserta kompleksitas
proses wacana dengan proses perubahan sosiokultural, baik perubahan masyarakat,
institusional, dan kultural.
8.
Penutup
Setelah pengaruh dari linguistik
kritis, teori sosial kritis aliran Frankurt, dan teori pascastrukturalisme
Perancis, analisis wacana telah mengalami perkembangan pesat. Wacana dipahami
sebagai fenomena tindakan atau interaksi. Kelahiran analisis wacana kritis
bertujuan menyempurnakan keberadaan analisis wacana deskriptif. Semakin
rumitnya perkembangan komunikasi pada masyarakat, diperlukan suatu analisis
yang penuh kritisme, analisis yang bersuara, agar kuasa dan ideologi yang
tersembunyi dalam fitur wacana dapat diungkap.
Daftar Pustaka
Santoso,
Anang. 2012. Studi Bahasa Kritis: Menguak
Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: CV Mandar Maju
0 Comments