1. Kontak
Mata
Kontak mata mencerminkan makna kultural sesuai
dengan pola interaksi sosial. Pola “melihat” mengutarakan makna-makna spesifik
dalam konteks spesifik. Dalam budaya Indonesia, memandang ditafsirkan sebagai
indikasi ketakjuban seksual, perasaan terpukau, terpana, atau kagum; menatap
lurus-lurus mengindikasikan keingintahuan seksual, keberanian, kelancangan,
atau kebodohan; memicingkan mata sebagai indikasi menatap dengan pandangan
sempit, penuh selidik, dan berkesan sukar melihat; jelalatan sebagai indikasi
menatap dengan penuh cinta dan biasanya tidak sopan.
2. Bahasa
Tubuh
Bahasa tubuh adalah istilah umum yang digunakan
untuk mengindikasikan komunikasi melalui isyarat, postur, dan sinyal serta
tanda tubuh lainnya baik yang sadar maupun tidak. Studi ilmiah mengenai bahasa
tubuh disebut kinesika, dikembangkan oleh ahli antropologi Amerika bernama Ray
L. Birdwhistell. Sinyal kinesis dapat bersifat bawaan (tak sadar), dipelajari
(sadar), atau campuran keduanya. Mengejapkan mata, mendehem, wajah memerah, ekspresi
wajah gembira, terkejut, marah, jijik, serta emosi-emosi dasar lainnya
merupakan sinyal lahiriah (bawaan) yang sering terjadi tanpa disengaja.
Tertawa, menangis, dan mengangkat bahu adalah contoh sinyal campuran, asalnya
berupa tindakan lahiriah namun aturan budaya membentuk pemilihan waktu dan
penggunaannya. Isyarat seperti kedipan mata, acungan jempol, atau penghormatan
militer adalah sinyal yang dipelajari. Tanda kinesis menyatu menjadi kode
kinesis yang mengatur cara orang berperilaku dalam situasi sosial tertentu.
Tanda-tanda ini dihasilkan oleh sejarah budaya sehingga sebagian besar didasari
oleh kesepakatan.
3. Sentuhan
Pada sebagian besar budaya, bentuk dasar pemberian
salam mencakup jabat tangan yang merupakan contoh tepat dari perilaku sosial diatur
oleh kode taktil (sentuhan). Studi tentang sentuhan disebut haptik. Kode-kode
sentuhan dan haptik bervariasi di berbagai kebudayaan. Misalnya menepuk-nepuk
seseorang di lengan, bahu, atau punggung untuk mengidentifikasikan persetujuan
atau memuji; bergandengan lengan untuk mengidentifikasikan kedekatan; merangkul
bahu dengan satu lengan untuk mengidentifikasikan persahabatan atau kedekatan;
bergandengan tangan dengan anggota keluarga atau kekasih untuk mengekspresikan
kemesraan; merangkul untuk mengutarakan kebahagiaan saat berjumpa teman atau
anggota keluarga; dan sebagainya.
4. Isyarat
Isyarat didefinisikan sebagai penggunaan tangan,
lengan, dan terkadang kepala untuk membuat tanda. Meskipun terdapat persamaan
isyarat di berbagai budaya, perbedaan substansial juga ada sejauh isyarat
dipergunakan maupun dalam penafsiran yang diberikan pada penggunaan isyarat
tertentu. Banyak teori yang menghubungkan isyarat dengan bahasa vokal.
Pemindahan dari penanda isyarat ke saluran vokal diterangkan oleh beberapa teoretikus
dari segi proses imitasi dan substitusi yang di dalamnya tanda buatan tangan
ditiru secara osmotik oleh organ-organ piranti vokal. Versi teori isyarat yang
menjadi titik tolak segala teori sesudahnya dirumuskan oleh filsuf Jean Jacques
Rousseau pada pertengahan abad ke 18.
Riset ahli linguistik bernama David McNeill
menunjukkan bahwa isyarat merupakan pelengkap bahasa vokal, bukan alternatif
penggantinya. Isyarat yang mengiringi ujaran dikenal dengan sebutan gestikulan.
Temuan McNeill menyiratkan bahwa gestikulan adalah komponen pelengkap
komunikasi vokal, gestikulan menunjukkan citra yang tidak dapat ditunjukkan
dengan gambling dalam ujaran, juga citra mengenai hal yang sedang dipikirkan
pembicara. McNeil menggolongkan gestikulan menjadi lima kategori utama, yaitu:
a. Gestikulan
ikonis merupakan ikon visual dari tindakan yang sedang dibicarakan dan
mengungkapkan citra ingatan pembicara sekaligus sudut pandangnya
b. Gestikulan
metaforis menggambarkan sesuatu, namun kandungannya bersifat abstrak dan tidak lugas
serta bersifat ikonis atas sebuah sumber acuan
c. Gestikulan
ketuk mirip dengan ketukan tempo musik, tangan pembicara bergerak seiring
denyut ritmis ujaran, dalam bentuk sentakan kecil naik turun atau maju mundur
pada tangan dan jemari
d. Gestikulan
kohesif menunjukkan bagian-bagian ucapan yang terpisah sebenarnya menyatu,
gestikulan ini dapat berwujud ikonis, metaforis, atau ketukan
e. Gestikulan
deiksis (deiksis merupakan istilah untuk menunjukkan semua jenis tanda yang
menunjuk atau mengindikasikan) ditujukan bukan pada sebuah tempat fisik yang
benar-benar ada, melainkan pada konsep abstrak yang telah timbul sebelumnya
dalam percakapan.
Kategori
gestikulan McNeill sebenarnya merupakan subtipe dari kategori isyarat yang
lebih umum yang dikenal dengan nama ilustrator. Kategori lainnya adalah emblem,
sikap yang menunjukkan perhatian, pengatur, dan penyesuai.
a. Ilustrator
secara harfiah mengilustrasikan ucapan vokal. Misalnya gerakan tangan melingkar
saat membicarakan sebuah lingkaran serta menggerakkan kepala dan tangan ke arah
atas saat berkata ayo naik.
b. Emblem
secara langsung menerjemahkan kata atau frasa. Contohnya adalah tanda oke,
kemari, melambai, dan lainnya.
c. Sikap
menunjukkan perhatian mengomunikasikan makna emosional.
Contohnya adalah gerakan tangan tipikal yang mengiringi keadaan dan ekspresi
bahagia, terkejut, takut, marah, menghina, jijik, dan seterusnya.
d. Pengatur
memantau, mempertahankan, atau mengendalikan ujaran orang lain. Misalnya
gerakan tangan untuk menandakan terus berjalan.
e. Penyesuai
digunakan untuk memenuhi sebuah kebutuhan. Misalnya menggaruk kepala saat
bingung, menggosok kening saat cemas, dan seterusnya.
5. Tarian
Tarian merupakan seni tubuh berdasarkan irama,
gerakan, dan isyarat yang saling terhubung melalui pola dan gagasan musik.
Tarian memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Bentuk
komunikasi estetis yang mengekspresikan emosi, suasana hati, gagasan, atau
mengisahkan suatu peristiwa
b. Bagian
ritual yang berfungsi komunal
c. Bentuk
rekreasi dan memenuhi berbagai kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial atau
hanya sekadar sebuah pengalaman yang menyenangkan
d. Peran
penting dalam fungsi sosial, dengan menari bersama para anggota sebuah kelompok
mengekspresikan perasaan adanya identitas bersama atau keterlibatan
e. Penting
pada masa pacaran terutama untuk menarik pasangan dengan menampilkan keindahan,
keluwesan, dan vitalitas.
Sumber:
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra
0 Comments