Advertisement

Filsafat Ilmu

A. Filsafat Ilmu  
Filsafat berasal dari kata Yunani, yakni philosophia yang berarti cinta (philia) kebijaksanaan (shopia) (Wattimena, 2008:1). Cabang-cabang utama disiplin filsafat adalah sebagai berikut (Kebung, 2011:9-29).
1. Metafisika adalah ilmu tentang being aqua being, disebut juga dengan nama filsafat pertama (first philosophy). Christian Wolff membagi metafisika atas metafisika umum (ontologi), metafisika khusus yang terdiri dari psikologi (tentang hakikat manusia) dan kosmologi (hakikat dan asal-usul alam semesta), serta teologi (hakikat dan eksistensi Tuhan).
2. Epistemologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos, yang berarti ilmu atau studi tentang pengetahuan. 
3. Aksiologi, berasal dari kata axios dan logos. Aksiologi merupakan disiplin filsafat yang membahas mengenai nilai atau sering pula disebut disiplin nilai, kodrat, atau kriteria dan status metafisik dari nilai.
4. Filsafat alam dunia (kosmologi) yaitu disiplin filsafat yang membahas mengenai alam hidup dan alam bukan hidup. Disiplin filsafat ini mempelajari dunia alam atau universum fisis menurut aspeknya yang sangat umum.
5. Filsafat manusia berikhtiar membuat refleksi tentang hakikat manusia yang merupakan makhluk berdimensi majemuk. Berkaitan dengan filsafat manusia, terdapat sejumlah disiplin khusus yang berkaitan erat dan termasuk dalam filsafat tentang ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti filsafat bahasa (mencakup ilmu tentang bahasa, seperti linguistik, psikolinguistik, serta semantik), filsafat sejarah (mencakup logika sejarah dan metafisika sejarah), filsafat pendidikan (mencakup humanisme, naturalisme, saintisme, nasionalisme, progresivisme, serta rekonstruksionisme sosial), dan filsafat kebudayaan. 
6. Filsafat Ketuhanan merupakan sebutan popular dari teologi kodrati atau teologi natural. Disiplin filsafat ini membahas mengenai Tuhan sejauh yang dikenal oleh akal kodrati manusia.
7. Sejarah filsafat merupakan studi kritis mengenai pembentukan dan perkembangan filsafat dari awal hingga saat ini.
8. Logika merupakan ilmu menalar atau seni berpikir tepat dan benar. Dalam logika dipelajari cara mengungkapkan pikiran secara tepat, jelas, singkat, runtut, dan teratur.


Pembagian cabang-cabang utama disiplin filsafat tersebut dapat digambarkan dengan bagan berikut.

Bagan cabang-cabang utama disiplin filsafat



Berdasarkan bagan tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan etnolinguistik dalam filsafat ilmu berada dalam disiplin filsafat manusia atau lebih tepatnya berada dalam filsafat bahasa.



B. Filsafat Ilmu Sosial

Pada filsafat ilmu sosial, terdapat perdebatan kontemporer berkaitan dengan perbedaan pendapat antara para ilmuwan sosial subjektifis dan para ilmuwan sosial objektifis, terutama mengenai relasi antara pelaku (agency) dan struktur (structure) di dalam masyarakat. Para ilmuwan subjektifis sangat dipengaruhi oleh filsafat idealisme yang melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan esensial di dalam dirinya dalam membentuk dunia. Sementara itu, para ilmuwan sosial objektifis seolah-olah memutlakkan pengaruh struktur masyarakat terhadap individu sehingga manusia tampak tidak lagi memiliki kebebasan di dalam dirinya (Wattimena, 2008:238-239).
Terdapat perbedaan yang bersifat ontologis antara objek ilmu-ilmu alam dan objek ilmu-ilmu sosial. Dengan kata lain, struktur sosial yang menjadi refleksi ilmu-ilmu sosial tidak harus sama dengan ilmu-ilmu alam. Dalam konteks ini, problemnya sebenarnya sederhana. Ilmu-ilmu sosial membutuhkan suatu objek penelitian dan objek penelitian itu adalah struktur sosial. Struktur sosial adalah medium yang diperlukan untuk membuat suatu tindakan seseorang menjadi bermakna. Struktur sosial pula yang membuat suatu tindakan menjadi berfungsi secara konkret atau tidak (Wattimena, 2008:242-245).
Tujuan dasar dari ilmu-ilmu sosial adalah memahami masyarakat dan proses-proses sosial yang berlangsung di dalamnya. Di dalam penelitian sosial, diharapkan dapat ditemukan semacam hukum-hukum sosial atau kecenderungan umum di dalam praktik-praktik sosial yang terjadi meskipun kecenderungan-kecenderungan tersebut tidaklah bersifat mutlak atau universal (Wattimena, 2008:251-253).
C. Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan memiliki tujuh unsur yang bersifat universal. Ketujuh unsur tersebut dikatakan universal karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan (Herimanto dan Winarno, 2010:26). Ketujuh unsur tersebut yakni sebagai berikut (Koentjaraningrat, 1990:203-204).
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian 


D. Hubungan antara Bahasa dan Budaya

Terdapat suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan dalam sejarah linguistik. Hipotesis ini diungkapkan oleh dua orang pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf sehingga dikenal dengan sebutan hipotesis Sapir-Whorf (Chaer, 2007:70). Istilah lain untuk hipotesis ini adalah Whorfian hypothesis, language relativity, language determinism, serta Humboldtism (Alwasilah, 1993:79-80). Hipotesis ini menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Secara lebih jelasnya, dikatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi, bahasa menguasai cara berpikir dan bertindak manusia. Hal yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya. Misalnya, dalam bahasa-bahasa yang mempunyai kategori kala atau waktu, masyarakat penuturnya sangat menghargai dan terikat oleh waktu, segala hal yang mereka lakukan selalu sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Namun, dalam bahasa-bahasa yang tidak mempunyai kategori kala, masyarakatnya tidak menghargai waktu. Jadwal yang telah disusun pun seringkali tidak dapat dilaksanakan sesuai waktunya (Chaer, 2007:70).


E. Fungsi Bahasa

Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Berikut adalah fungsi bahasa berdasarkan pandangan para ahli (Hidayat, 2006:28-30).
1. Titus, Smith, dan Nolan
Titus, Smith, dan Nolan membagi fungsi bahasa menjadi empat, yaitu:
a. fungsi kognitif, yaitu bahasa berfungsi untuk menerangkan suatu kebenaran, seperti bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat
b. fungsi emotif, yaitu bahasa berfungsi menerangkan aspek emosi atau perasaan terdalam dari manusia
c. fungsi imperatif, yaitu bahasa berfungsi memerintah atau mengontrol suatu perilaku, seperti bahasa komando dalam kemiliteran
d. fungsi seremonial, yaitu fungsi menghormati orang lain, berdoa, dan ritual lainnya.


2. Karl Raimun Popper

Karl Raimun Popper yang merupakan salah seorang filsuf Barat abad ke-20 menyatakan bahwa bahasa memiliki empat fungsi, yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi ekspresif, merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke luar. Pada manusia, akan menjadi suatu ungkapan diri pribadi.
b. Fungsi signal, merupakan level lebih tinggi dan sekaligus mengadakan fungsi ekspresif. Pada manusia, tanda menyebabkan reaksi, sebagai jawaban atas tanda.
c. Fungsi deskriptif, mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas fungsi ini yaitu bahasa menjadi suatu pernyataan yang bisa benar maupun salah.
d. Fungsi argumentatif, bahasa merupakan alat atau media untuk mengungkapkan seluruh gagasan manusia, termasuk dalam berargumentasi di dalam mempertahankan suatu pendapat dan juga untuk meyakinkan orang lain dengan alasa-alasan yang valid dan logis.


3. P. W. J. Nababan

P. W. J. Nababan, seorang linguis Indonesia, membagi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan menjadi empat fungsi, yaitu:
a. fungsi kebudayaan, yaitu sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan
b. fungsi kemasyarakatan, yaitu menunjukkan peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat
c. fungsi perorangan, dijelaskan berdasarkan hasil kajian Halliday (1976) yang telah membuat klasifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus-menerus terhadap penggunaan bahasa oleh anaknya sendiri. Klasifikasi untuk bahasa anak-anak kecil terdiri dari enam fungsi, yaitu sebagai instrumental, menyuruh, interaksi, kepribadian, pemecahan masalah, dan khayal
d. fungsi pendidikan, didasarkan pada banyaknya penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran, mencakup empat fungsi, yaitu fungsi integratif, fungsi instrumental, fungsi kultural, dan fungsi penalaran.


F. Jenis atau Ragam Bahasa 

Bahasa dalam praktik pemakaiannya pada dasarnya beragam-ragam. Ragam bahasa yang dimaksud adalah variasi pemakaian bahasa yang timbul sebagai akibat adanya sarana, situasi, dan bidang pemakaian bahasa yang berbeda-beda. Jika dilihat dari segi sarana pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tulis. Pada ragam lisan, unsur-unsur bahasa yang digunakan cenderung tidak selengkap unsur pada ragam bahasa tulis karena informasi yang disampaikan secara lisan dapat diperjelas dengan penggunaan intonasi, gerakan anggota tubuh, dan situasi tempat pembicaraan itu berlangsung (Mustakim, 1994:18).
Sementara itu, jika dilihat dari tingkat keresmian situasi pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam resmi (formal) dan ragam tidak resmi (informal). Ragam resmi ditandai dengan pemakaian unsur-unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang tinggi sedangkan ragam tidak resmi ditandai dengan pemakaian unsur-unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang rendah (Mustakim, 1994:18).
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan ragam bagan bahasa.
Bagan ragam bahasa (Mustakim, 1994:19)



G. Makrolinguistik

1. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia (Chaer dan Agustina, 2010:2-3).
2. Psikolinguistik
Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda namun keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya (Chaer, 2009:5). Robert Lado (dalam Tarigan, 2009:3) mengungkapkan bahwa psikolinguistik adalah pendekatan gabungan antara psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang berkaitan yang tidak mudah dicapai atau didekati hanya dengan salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri.
3. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Pragmatik melibatkan penafsiran tentang hal yang dimaksud seseorang dalam suatu konteks khusus dan pengaruh konteks tersebut dengan hal yang dikatakan (Yule, 1996:3).
4. Etnolinguistik
Etnolinguistik merupakan suatu studi tentang kehidupan sebuah kelompok yang terorganisasi dan diekspresikan melalui seperangkat bahasa dari kelompok tersebut. Etnolinguistik bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara bahasa di satu sisi serta masyarakat dan budaya di sisi lainnya (Riley, 2008:8).
5. Linguistik kognitif
Linguistik kognitif merupakan suatu pendekatan terbaru dalam mengkaji suatu bahasa yang muncul pada 1980-an. Linguistik kognitif memandang bahwa setiap fenomena bahasa pasti ada yang melatarbelakangi dan memotivasinya. Oleh karena itu, untuk mengamatinya bisa dilakukan dengan cara menggunakan berbagai pengetahuan yang telah dimiliki seseorang sebagai hasil dari pengalaman hidupnya (Sutedi, 2010:171).
6. Linguistik kontrastif
Linguistik kontrastif adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan atau ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau lebih (Tarigan, 2009:218).
7. Linguistik komparatif
Linguistik komparatif merupakan ilmu bahasa yang meneliti mengenai persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan (Tarigan, 2009:218).
8. Genolinguistik
Istilah genolinguistik merujuk pada suatu kerja akademik yang bersifat kolaboratif antara dua disiplin ilmu, yaitu linguistik dan genetika. Genolinguistik mengkaji pengelompokan populasi manusia, relasi kekerabatan di antaranya, serta perjalanan historis yang dialami oleh kelompok populasi tersebut melalui pengelompokan dan penelusuran relasi kekerabatan bahasa dan genetis (Mahsun, 2010:1-2).



Daftar Pustaka

Alwasilah, A Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Herimanto dan Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Mahsun. 2010. Genolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Riley, Philip. 2008. Language, Culture and Identity. New York: Athenaeum Press Ltd.
Sutedi, Dedi. 2010. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Psikolinguistik. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung
Wattimena, Reza A.A. 2008. Filsafat dan Sains. Jakarta: Grasindo
Yule, George. 1996. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Post a Comment

0 Comments