Bandung punya berbagai makanan khas yang layak untuk dicoba. Misalnya saja seblak.
Pertama kali tahu tentang makanan ini adalah saat saya baru pulang kuliah. Lantaran perut sudah kelaparan, saya pun mencari makanan yang sekiranya bisa mengendalikan cacing-cacing di perut yang sudah mulai memberontak. Kebetulan, ada seorang ibu yang menjual makanan ini di dekat kampus.
Saya merasa asing saat pertama kali melihat makanan ini dan mengajukan sejumlah pertanyaan pada ibu penjual. Setelah diyakinkan oleh sang penjual, akhirnya saya pun memutuskan untuk membeli seblak.
Penjual tersebut pun mulai membuat seblak pesanan saya. Kerupuk mentah (dengan berbagai macam bentuk) yang sebelumnya sudah direndam air dicampur dengan sejumlah bumbu-bumbuan (bawang merah, bawang putih, garam, dll), telur ayam yang sudah dikocok, serta mie. Sekitar 10 menit kemudian, pesanan saya pun sudah jadi.
Jujur, saya cukup kaget melihat kerupuk, telur, dan mie menjelma menjadi satu makanan yang ada di hadapan saya tersebut. Saya sebenarnya tidak terlalu asing dengan 3 makanan tersebut. Ya, saya sudah biasa kok makan kerupuk (yang digoreng), telur (dadar maupun rebus), serta mie (kuah maupun goreng). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perpaduan 3 makanan tersebut dalam sebuah makanan yang bernama seblak punya keunikan tersendiri bagi saya. Rasanya sangat tergantung dari keahlian pedagang meracik bumbu yang digunakan.
0 Comments