Advertisement

PERBANDINGAN KALA DAN ASPEK BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA (KAJIAN LINGUISTIK KOMPARATIF)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebelum abad XX, kira-kira semenjak akhir abad XVIII, istilah linguistik komparatif atau linguistik bandingan sudah mulai populer, bahkan menjadi acuan dan model penyelidikan gejala bahasa (Saryono, 2011:4). Semua objek kajian linguistik dapat dijadikan sebagai objek kajian linguistik bandingan, termasuk morfologi. Morfologi bahasa Jepang berbeda dengan bahasa Indonesia. Kategori gramatikal yang berhubungan dengan morfologi antara lain kala dan aspek (Sutedi, 2010:208-209).
Untuk menyatakan kala dalam bahasa Jepang hanya digunakan dua bentuk verba, yaitu verba bentuk lampau dan nonlampau. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia kala ditegaskan dengan menambahkan kata akan, sedang, dan telah di depan verba yang menjadi predikat. Selain itu, ada aspek dalam bahasa Jepang yang dinyatakan dengan verba bentuk –te iru. Verba bentuk –te iru tersebut terkadang tidak akan sesuai maknanya bila diterjemahkan menjadi sedang melakukan suatu kegiatan dalam bahasa Indonesia (Sutedi, 2010:209). Berikut contoh verba bentuk –te iru tersebut.

Bahasa Jepang
Arti Leksikal
Terjemahan Bahasa Indonesia
知っている
sedang mengetahui
sudah tahu
住んでいる
sedang tinggal
tinggal
結婚している
sedang menikah
sudah/telah menikah (status)
死んでいる
sedang mati
sudah mati
Tabel 1 Aspek dengan verba bentuk –te iru (Sutedi, 2010:210)
Kala dan aspek dalam bahasa Jepang dapat ditemukan pada berita di surat kabar Lifenesia. Lifenesia adalah surat kabar berbahasa Jepang yang tidak hanya menyampaikan berita tentang Jepang namun juga Indonesia serta negara lainnya di Asia. Pada surat kabar Lifenesia edisi 14 September 2017, terdapat sejumlah kalimat yang menyatakan kala dalam bahasa Jepang. Selain itu, ada pula kalimat yang menyatakan aspek dengan verba bentuk –te iru yang tidak selalu bermakna sedang melakukan kegiatan. Jika kalimat dalam bahasa Jepang tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, akan diketahui perbandingan antara kala dan aspek bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian mengenai perbandingan antara kala dan aspek bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia pada berita di surat kabar Lifenesia dipandang perlu untuk dilakukan.

1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbandingan kala pada berita berbahasa Jepang di surat kabar Lifenesia edisi 14 September 2017 serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis perbandingan antara aspek dengan verba bentuk –te iru pada berita berbahasa Jepang tersebut dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

1.3  Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang terdapat dalam data kemudian disusul dengan analisis. Data pada penelitian ini diperoleh dari berita di surat kabar Lifenesia edisi 14 September 2017. Dari surat kabar Lifenesia tersebut, dikumpulkan 16 data untuk dianalisis. Data berupa 16 kalimat berbahasa Jepang tersebut kemudian diterjemahkan oleh penulis ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap jenis serta penanda dari kala dan aspek pada kalimat tersebut untuk mengetahui perbandingan kala dan aspek antara bahasa Jepang dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Linguistik Komparatif
Pada khazanah linguistik Indonesia, linguistik komparatif atau linguistik bandingan merupakan terjemahan dari comparative linguistics (Saryono, 2011:4). Definisi linguistik komparatif berdasarkan Dictionary of Language and Linguistics (dalam Alwasilah, 1990:86-87) adalah sebagai berikut.
An approach to language studies in which sets of phonological, grammatical and lexical correspondence between different periods in the historical development of the one language are listed and classified.
Satu pendekatan terhadap studi bahasa dengan perangkat hubungan fonologi, tata bahasa, dan leksikal antara periode-periode yang berbeda dikumpulkan dan diklasifikasikan.
Sementara itu, tujuan umum dari kajian linguistik komparatif adalah mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda (Sutedi, 2010:203).

2.2 Kala (Tense, 時制)
Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat. Kala ini lazimnya menyatakan waktu sekarang, lampau, dan akan datang. Beberapa bahasa menandai kala secara morfemis, artinya pernyataan kala tersebut ditandai dengan bentuk kata tertentu pada verbanya (Chaer, 2007:260).
Kala dalam bahasa Jepang terdiri dari kala lampau (過去) yang ditandai dengan verba bentuk –ta () dan nonlampau (非過去) yang ditandai dengan verba bentuk –ru (ル形). Kala nonlampau mencakup waktu sekarang (現在), mendatang (未来), serta melampaui batas waktu (超時). Predikat pada kala dapat menunjukkan keadaan (状態) serta aktivitas atau peristiwa (動作・出来事) (Katou dan Fukuchi, 1989:3-5). Secara umum, makna dari pemakaian bentuk lampau dan nonlampau dari predikat yang menunjukkan keadaan maupun aktivitas atau peristiwa ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis Predikat
Pemakaian Bentuk Lampau
Pemakaian Bentuk Nonlampau
Keadaan
a. Keadaan di masa lampau
d. Keadaan di masa sekarang
e. Keadaan di masa yang akan datang
i. Prinsip atau sifat
j. Kebiasaan atau sesuatu yang terjadi berulang-ulang di masa sekarang
Aktivitas atau Peristiwa
b. Peristiwa di masa lampau
c. Kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan berulang-ulang di masa lampau
f. Peristiwa di masa yang akan datang
g. Fenomena saat ini
h. Penjelasan prosedur, cara penggunaan, atau yang lainnya
Tabel 2 Makna kala bentuk lampau dan nonlampau (Katou dan Fukuchi, 1989:5)
Bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal, antara lain dengan kata sudah atau telah untuk kala lampau, sedang untuk kala kini, dan akan untuk kala nanti. Berikut adalah contoh kala dalam bahasa Indonesia (Chaer, 2007:261).
   (a)    Pak lurah itu sudah mandi.
   (b)   Pak lurah itu sedang mandi.
   (c)    Pak lurah itu akan mandi.

2.3 Aspek (Aspect, )
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dalam berbagai bahasa, aspek merupakan kategori gramatikal karena dinyatakan secara morfemis (Chaer, 2007:259).
Pada bahasa Jepang, terdapat aspek yang dinyatakan dengan verba bentuk
-te iru (テイル形). Aspek tersebut memiliki beberapa makna, yaitu sebagai berikut (Katou dan Fukuchi, 1989:34-41).
a. Peristiwa atau kegiatan yang sedang berlangsung. Contoh:
桜の花が、風に乗って吹雪のように散っている。
Bunga sakura tertiup angin dan berguguran layaknya badai salju.
b. Kondisi yang menyatakan hasil dari suatu peristiwa atau kegiatan. Contoh:
あっ、ゴキブリが死んでいる。
Ah, kecoak mati.
c. Kegiatan yang terus berlangsung atau dilakukan berulang-ulang. Contoh:
毎週水曜日には、部屋の掃除をしている。
Setiap minggu di hari Rabu, saya membersihkan kamar.
d. Suatu keadaan khusus. Contoh:
山が高くそびえている。
Gunung menjulang tinggi.
Pada bahasa Indonesia, aspek tidak dinyatakan secara morfemis dengan bentuk kata tertentu, melainkan dengan berbagai cara dan alat leksikal (Chaer, 2007:259). Berikut adalah macam-macam aspek dalam bahasa Indonesia (Idris, 2009:1-3).
a. Aspek kontinuatif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan terus berlangsung. Aspek ini dapat ditandai dengan unsur leksikal “terus”, “selalu”, atau verba yang menggunakan “sufiks –i”. Contoh:
·   Pemuda itu terus memandangi gadis cantik di hadapannya.
·   Dia berjalan terus setiap pergi ke kampus.
·   Dia selalu berjalan setiap pergi ke kampus.
b. Aspek inseptif, yaitu aspek yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai. Penanda aspek ini adalah unsur leksikal “baru”. Contoh:
·   Mereka baru datang.
·   Saya baru bekerja lagi pagi ini.
c. Aspek progresif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan sedang berlangsung. Aspek ini ditandai dengan unsur leksikal “sedang”.
·   Dinar sedang makan biskuitnya.
·   Zaya sedang bermain boneka dengan Dinar.
d. Aspek repetitif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan terjadi berulang-ulang. Aspek ini biasanya ditandai oleh “verba bersufiks –i”.
·   Kucing itu menjilati kakinya yang luka.
·   Aminah memukuli kasur yang sedang dijemurnya.
e. Aspek perfektif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan sudah selesai. Unsur leksikal “sudah” dan “telah” sering digunakan untuk menyatakan aspek ini. Contoh:
·   Kami sudah makan kue itu.
·   Dia telah membayar apa yang kami makan.
f. Aspek imperfektif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar. Penanda aspek ini biasanya “verba berafiks meN-”. Contoh:
·   Ibu mengiris buah yang akan dihidangkan.
·   Anak itu melompati pagar.
g. Aspek sesatif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan berakhir. Penandanya adalah unsur leksikal “sudah selesai” atau “telah selesai”. Contoh:
·   Saya sudah selesai menulis makalah ini.
·   Dia telah selesai mengerjakan pekerjaan rumah.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Kala Bahasa Jepang dengan Bahasa Indonesia
Pada penelitian ini, terdapat empat data yang menunjukkan kala nonlampau serta empat data yang menunjukkan kala lampau.

3.1.1 Kala Nonlampau
(1) 91日に施行された同条例では、病院、駐車場、ショッピングセンター、オフィスなどの公共の場所において、指定場所以外での喫煙を全面的に禁止する
(喫煙条例が施行, Lifenesia 914日号 3ページ)
Pada peraturan yang sama yang telah mulai diberlakukan pada 1 September, selain di tempat yang telah ditentukan, akan diberlakukan larangan untuk merokok di tempat umum, seperti rumah sakit, tempat parkir, pusat perbelanjaan, kantor, dan tempat umum lainnya.
(Penerapan Aturan Merokok, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 3)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (1) adalah kala nonlampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba bentuk –ru, yaitu禁止する. Kala nonlampau ini menunjukkan peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang (未来). Hal senada juga ditunjukkan oleh kala pada teks terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kala pada teks bahasa Indonesia tersebut adalah kala nanti. Berbeda dengan bahasa Jepang yang menyatakan kala secara morfemis melalui bentuk verbanya, kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal. Pada data (1), kala ditunjukkan dengan kata “akan”.

(2) ムラピ山の麓にあるこれらの村では、毎年乾期になると水不足になる
(中部ジャワ州で水不足が深刻化, Lifenesia 914日号 8ページ)
Saat musim kemarau setiap tahunnya, desa-desa yang ada di kaki Gunung Merapi ini akan mengalami kekurangan air.
(Kekurangan Air menjadi Masalah Serius di Provinsi Jawa Tengah,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 8)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (2) adalah kala nonlampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba utama bentuk –ru, yaitu なる. Makna dari verba bentuk nonlampau ini adalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang di masa sekarang, ditandai dengan penggunaan partikel to () sehingga kala nonlampau pada data (1) menunjukkan hal yang melampaui batas waktu (超時). Berbeda dengan bahasa Jepang yang menyatakan kala melalui bentuk verbanya, kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal, yaitu penggunaan kata “akan”. Kata akan merupakan penanda kala nanti.

(3) 一般的に、南海岸地域の天候は、曇りか小雨のことが多い
(中部ジャワ南岸で高波注意警報, Lifenesia 914日号 8ページ)
Secara umum, cuaca di Pantai Selatan banyak gerimis dan berawan.
(Peringatan Gelombang Tinggi di Pantai Selatan Jawa Tengah,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 8)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (3) adalah kala nonlampau. Hal ini dapat dilihat dari kata sifat bentuk nonlampau, yaitu 多い. Kala nonlampau ini menunjukkan fenomena yang terjadi saat ini (現在). Sementara itu, pada teks bahasa Indonesia tidak terdapat penanda leksikal untuk menegaskan fenomena tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

(4) ルトソ外相は93日にミャンマーに発ち、アウンサンスーチー国家顧問と会談する
(ロヒンギャ難民を支援、イ政府が表明, Lifenesia 914日号 8ページ)
Menteri Luar Negeri, Retno, berangkat ke Myanmar pada 3 September dan akan berdiskusi dengan penasihat nasional Myanmar, Aung San Suu Kyi.
(Pemerintah Indonesia Deklarasikan Dukung Pengungsi Rohingya,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 8)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (4) adalah kala nonlampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba bentuk –ru, yaitu会談する pada klausa induk. Kala nonlampau ini menunjukkan peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang (未来). Hal senada juga ditunjukkan oleh kala pada teks terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kala pada teks bahasa Indonesia tersebut adalah kala nanti. Berbeda dengan bahasa Jepang yang menyatakan kala secara morfemis melalui bentuk verbanya, kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal melalui kata “akan”.

3.1.2 Kala Lampau
(5) ジョコ・ウィドド(通称ジョコウィ)大統領が1日、西ジャワ州スカブミ市を訪問し、851キログラムの犠牲祭の牛肉を地元住民らに振る舞った
(ジョコウィ大統領犠牲祭を見学, Lifenesia 914日号 4ページ)
Pada tanggal 1, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Kota Sukabumi di Provinsi Jawa Barat, beliau telah memberikan 851 kg daging sapi kurban pada warga lokal.
(Presiden Jokowi Tinjau Penyerahan Kurban,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 4)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (5) adalah kala lampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba bentuk –ta, yaitu 振る舞った pada klausa induk. Kala lampau ini menunjukkan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Berbeda dengan bahasa Jepang yang menyatakan kala secara morfemis melalui bentuk verbanya, kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal. Kala pada teks bahasa Indonesia tersebut adalah kala lampau, ditunjukkan dengan kata “telah”.

(6) 当日は、大統領を一目見ようと多くの住民が押し寄せた
(ジョコウィ大統領犠牲祭を見学, Lifenesia 914日号 4ページ)
Pada hari itu, banyak warga sudah berkerumun dengan maksud untuk melihat presiden.
(Presiden Jokowi Tinjau Penyerahan Kurban,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 4)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (6) adalah kala lampau. Hal ini dapat ditunjukkan oleh penggunaan verba bentuk –ta, yaitu 押し寄せた. Kala lampau ini menunjukkan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Kala pada teks bahasa Indonesia juga merupakan kala lampau. Kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal, yaitu ditunjukkan dengan kata “sudah”.

(7) スマトラ島西部で1日未明、マグニチュード6.3の地震が発生した
(スマトラで地震マグニチュード6.3, Lifenesia 914日号 4ページ)
Pada tanggal satu dini hari, telah terjadi gempa berkekuatan 6,3 skala richter di Sumatera Barat.
(Gempa 6,3 SR di Sumatera, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 4)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (7) adalah kala lampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba bentuk –ta, yaitu 発生したpada klausa induk. Kala lampau ini menunjukkan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Berbeda dengan bahasa Jepang yang menyatakan kala secara morfemis melalui bentuk verbanya, kala pada bahasa Indonesia ditandai secara leksikal. Kala pada teks bahasa Indonesia tersebut adalah kala lampau, ditunjukkan dengan kata “telah”.

(8) 大統領はスーツを着用し、朝10時に駅に着いた
(ジョコウィ大統領犠牲祭は電車でスカブミ訪問,
Lifenesia 914日号 6ページ)
Presiden mengenakan setelan dan telah tiba di stasiun pada pukul 10 pagi.
(Presiden Jokowi Kunjungi Sukabumi dengan Kereta saat Idul Adha,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 6)

Kala pada teks bahasa Jepang yang ditunjukkan oleh data (8) adalah kala lampau. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan verba bentuk –ta, yaitu 着いたpada klausa induk. Kala lampau ini menunjukkan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Hal senada juga ditunjukkan oleh kala pada teks terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kala pada teks bahasa Indonesia tersebut adalah kala lampau. Akan tetapi, kala pada bahasa Indonesia tidak dinyatakan secara morfemis melalui bentuk verbanya melainkan ditandai secara leksikal, yaitu penggunaan kata “telah”.

3.2 Perbandingan Aspek Bahasa Jepang dengan Bahasa Indonesia
            Aspek yang dibahas pada penelitian ini adalah aspek yang dinyatakan dengan verba bentuk –te iru (テイル形). Aspek yang dinyatakan dengan verba bentuk –te iru pada penelitian ini memiliki makna kegiatan yang sedang berlangsung, kegiatan yang terus berlangsung, serta kondisi yang menyatakan hasil dari suatu peristiwa atau kegiatan.
3.2.1 Kegiatan yang sedang Berlangsung
(9) バリ島で4日、日本人夫婦の遺体が見つかり、警察が事件の可能性があるとして捜査を行っている
(バリで日本人夫婦死亡、警察が事件として捜査,
Lifenesia 914日号 3ページ)
Pada tanggal 4, di Bali ditemukan mayat pasangan suami-istri berkebangsaan Jepang, polisi sedang melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.
(Polisi Lakukan Penyelidikan terkait Kasus Tewasnya Pasangan Suami-Istri Berkebangsaan Jepang di Bali, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 3)

Pada data (9), verba –te iru yaitu 行っている diterjemahkan menjadi sedang melakukan. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam bahasa Indonesia, makna berupa kegiatan yang sedang berlangsung ditandai secara leksikal, yaitu dengan kata “sedang”. Pada bahasa Indonesia, aspek yang menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung disebut aspek progresif.

(10) 爆竹を放ったとみられる容疑者はすでに地元警察に逮捕され、取り調べを受けている
(サッカーの試合、爆竹でサポーター1人死亡 ,
Lifenesia 914日号 4ページ)
Tersangka yang diduga melempar petasan telah ditangkap polisi setempat dan sedang menjalani penyelidikan.
(Seorang Suporter Pertandingan Sepak Bola Meninggal karena Petasan,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 4)

Pada data (10), verba –te iru yaitu 受けている diterjemahkan menjadi sedang menjalani. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kegiatan yang sedang berlangsung. Pada bahasa Indonesia, aspek yang menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung disebut aspek progresif. Aspek progresif ini ditandai secara leksikal, yaitu dengan kata “sedang”.

3.2.2 Kegiatan yang terus Berlangsung
(11) 南タンゲランには160万人が居住し、多数の労働者がジャカルタ中心部に通勤している
(MRT建設、将来は南タンゲランまで延伸へ,
Lifenesia 914日号 6ページ)
Sebanyak 1,6 juta orang tinggal di Tangerang Selatan dan banyak pekerja yang selalu pulang-pergi ke Jakarta pusat.
(Konstruksi MRT Selanjutnya akan Meluas hingga Tangerang Selatan,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 6)

Pada data (11), verba –te iru yaitu 通勤している diterjemahkan menjadi selalu pulang-pergi. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kegiatan yang terus berlangsung. Pada bahasa Indonesia, aspek yang menyatakan kegiatan yang terus berlangsung disebut aspek kontinuatif. Aspek kontinuatif ini ditandai secara leksikal, yaitu dengan kata “selalu”.

3.2.3 Kondisi yang Menyatakan Hasil dari Suatu Peristiwa atau Kegiatan
(12) デンパサール警察のプルノモ署長は現在事件は捜査中で、2人の死因ははっきりしないとしてさらに調査が必要との見方を示している
(バリで日本人夫婦死亡、警察が事件として捜査,
Lifenesia 914日号 3ページ)
Kepala Polresta Denpasar, Purnomo, sedang melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut, penyebab kematian keduanya tidak jelas sehingga ia mengindikasikan bahwa penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan.
(Polisi Lakukan Penyelidikan terkait Insiden Tewasnya Pasangan Suami-Istri Berkebangsaan Jepang di Bali, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 3)

Pada data (12), verba –te iru yaitu 示している diterjemahkan menjadi mengindikasikan. Pada data tersebut, polisi telah mengindikasikan bahwa penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan dan makna dari verba –te iru pada data ini adalah kondisi yang menyatakan hasil dari kegiatan mengindikasikan. Sementara itu, pada teks bahasa Indonesia, aspek ditandai dengan verba “mengindikasikan”. Mengindikasikan berasal dari kata indikasi yang mendapat awalan me– dan akhiran –kan. Verba ini menyatakan perbuatan yang berlangsung sebentar. Aspek yang menyatakan perbuatan yang berlangsung sebentar adalah aspek imperfektif.

(13) 警察は養子の男性、運転手、およびその友人など、4人から詳しい事情をきいている
(バリで日本人夫婦死亡、警察が事件として捜査,
Lifenesia 914日号 3ページ)
Polisi telah menanyakan detail kejadian tersebut pada empat orang, yaitu anak (laki-laki) angkat korban, sopir, maupun kerabat dekat lainnya.
(Polisi Lakukan Penyelidikan terkait Kasus Tewasnya Pasangan Suami-Istri Berkebangsaan Jepang di Bali, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 3)

Pada data (13), verba –te iru yaitu きいている diterjemahkan menjadi telah menanyakan. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kondisi yang menyatakan hasil dari kegiatan menanyakan. Pada bahasa Indonesia, kata “telah” merupakan penanda perbuatan telah selesai. Aspek yang menyatakan perbuatan yang telah selesai disebut aspek perfektif.

(14) この夫婦のメイドのナリさんは、近隣の住人から事件を聞いて初めて知り、ショックを受けたと話している
(バリで日本人夫婦死亡、警察が事件として捜査,
Lifenesia 914日号 3ページ)
Pembantu dari pasangan suami-istri ini, Nari, mengatakan bahwa ia pertama kali mengetahui insiden ini setelah mendengar dari tetangga dan ia terkejut karenanya.
(Polisi Lakukan Penyelidikan terkait Insiden Meninggalnya Pasangan Suami-Istri di Bali, Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 3)

Pada data (14), verba –te iru yaitu 話している diterjemahkan menjadi mengatakan. Pada data tersebut, Nari telah berkata bahwa ia pertama kali mengetahui insiden meninggalnya majikannya setelah mendengar dari tetangga. Verba –te iru pada data ini bermakna kondisi yang menyatakan hasil dari suatu kegiatan. Sementara itu, pada teks bahasa Indonesia, aspek ditandai dengan verba “mengatakan”. Mengatakan berasal dari kata dasar kata yang mendapat awalan me– dan akhiran –kan. Verba ini termasuk perbuatan yang berlangsung sebentar. Aspek yang menyatakan perbuatan yang berlangsung sebentar adalah aspek imperfektif.

(15) ジャカルタ近郊からの通勤者数で南タンゲランはブカシ、デポックに次いで3番目にその数が多い都市となっている
(MRT建設、将来は南タンゲランまで延伸へ,
Lifenesia 914日号 6ページ)
Akibat jumlah orang yang pulang pergi dari daerah pinggiran Jakarta, Tangerang Selatan telah menjadi kota dengan jumlah orang yang pulang pergi terbanyak ketiga setelah Bekasi dan Depok.
(Konstruksi MRT Selanjutnya akan Meluas hingga Tangerang Selatan,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 6)

Pada data (15), verba –te iru yaitu なっている diterjemahkan menjadi telah menjadi. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kondisi yang menyatakan hasil dari suatu kegiatan. Pada bahasa Indonesia, kata “telah” merupakan penanda perbuatan telah selesai. Aspek yang menyatakan perbuatan yang telah selesai disebut aspek perfektif.

(16) 中部ジャワ州クラテン県クマラン郡の13の村で、干ばつの影響から水不足となり、住民らが飲料用の水を購入しなければならなくなり経済的負担の重さに喘ぐ状況となっている
(中部ジャワ州で水不足が深刻化, Lifenesia 914日号 6ページ)
Kekeringan menyebabkan 13 desa di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah mengalami kekurangan air, penduduk harus membeli air untuk diminum, dan telah menjadi situasi dengan beban ekonomi yang berat.
(Kekurangan Air menjadi Masalah Serius di Provinsi Jawa Tengah,
Lifenesia Edisi 14 September 2017 halaman 6)

Pada data (16), verba –te iru yaitu なっている diterjemahkan menjadi telah menjadi. Makna dari verba –te iru pada data ini adalah kondisi yang menyatakan hasil dari suatu peristiwa. Pada bahasa Indonesia, kata “telah” merupakan penanda perbuatan telah selesai. Aspek yang menyatakan perbuatan yang telah selesai disebut aspek perfektif.
                                                                                               

BAB IV
SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimbulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1.      Kala dalam bahasa Jepang terdiri dari kala lampau (過去) yang ditandai dengan verba bentuk –ta () dan nonlampau (非過去) yang ditandai dengan verba bentuk –ru (ル形). Pada penelitian ini, terdapat empat data yang menunjukkan kala nonlampau serta empat data yang menunjukkan kala lampau. Berdasarkan hasil analisis, kala nonlampau yang pada penelitian ini mencakup waktu sekarang (1 data), mendatang (2 data), serta melampaui batas waktu (1 data). Sementara itu, kala dalam bahasa Indonesia terdiri dari kala lampau, kala kini, dan kala nanti. Bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal. Jika kala lampau pada bahasa Jepang ditandai dengan verba bentuk –ta, kala lampau pada bahasa Indonesia ditandai dengan kata “sudah” dan “telah” sedangkan kala nanti ditandai dengan kata “akan”.
2.      Pada bahasa Jepang, terdapat aspek yang dinyatakan dengan verba bentuk -te iru (テイル形). Aspek yang dinyatakan dengan verba bentuk –te iru pada penelitian ini memiliki makna kegiatan yang sedang berlangsung, kegiatan yang terus berlangsung, serta kondisi yang menyatakan hasil dari suatu peristiwa atau kegiatan. Pada bahasa Indonesia, aspek yang menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung disebut aspek progresif dan ditandai dengan kata “sedang”. Aspek yang menyatakan kegiatan yang terus berlangsung disebut aspek kontinuatif dan ditandai dengan kata “selalu”. Aspek yang menyatakan perbuatan yang berlangsung sebentar adalah aspek imperfektif, ditandai dengan “verba berimbuhan me-”. Aspek yang menyatakan perbuatan yang telah selesai disebut aspek perfektif, ditandai dengan kata “telah”.


Daftar Pustaka

Alwasilah, Chaedar. 1990. Linguistik, Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Idris, Nuny Sulistiany. 2009. “Ihwal Aspektualitas, Temporalitas, dan Modalitas dalam Bahasa Indonesia” (makalah). Bandung: Universitas Padjadjaran
Katou, Yasuhiko dan Tsutomu Fukuchi. 1989. Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo: Koutake Shuppan
Saryono, Djoko. 2011. Hakikat Linguistik Bandingan. Malang: Aditya Media Publishing

Post a Comment

0 Comments