Metafora secara tradisional didefinisikan
sebagai penggunaan sebuah kata atau frasa untuk tujuan pernyataan kemiripan di
antara dua hal. Kiasan berikut menyatakan ranah ujaran retoris.
- ·
Klimaks adalah suatu penyusunan kata, klausa,
atau kalimat dengan urutan berdasarkan kepentingan mereka, yaitu dimulai dari
yang paling sedikit kekuatannya.
- ·
Antiklimaks merupakan pengurutan gagasan yang
secara tidak teratur berkurang kepentingannya di akhir sebuah kalimat atau
teks, biasanya untuk menghasilkan efek satir.
- ·
Antitesis merujuk pada penjajaran dari dua
kata, frasa, klausa, atau kalimat yang kontras atau berlawanan dalam makna
dengan cara tertentu untuk memberikan penekanan dalam mengontraskan gagasan.
- ·
Apostrof adalah teknik saat seorang aktor
berpaling dari penonton atau seorang penulis berpaling dari pembacanya, untuk
menyapa seseorang yang biasanya tidak hadir atau sudah meninggal, atau untuk
menyapa benda yang tidak secara nyata atau gagasan abstrak.
- ·
Eufimisme adalah penggantian istilah yang buruk
atau merusak atau frasa yang memiliki asosiasi yang kasar, kejam, atau asosiasi
lain yang tidak menyenangkan dengan istilah atau frasa yang lebih halus atau
tidak menyinggung.
- ·
Seruan adalah suatu teriakan tiba-tiba yang
mengungkapkan emosi yang kuat, seperti ketakutan, kesedihan, atau kebencian.
- ·
Hiperbola adalah melebih-lebihkan untuk
mendapatkan efek tertentu.
- ·
Litotes adalah teknik melibatkan pengurangan
intensitas untuk meningkatkan efek gagasan yang diungkapkan.
- ·
Simile adalah teknik dengan membandingkan dua
gagasan secara eksplisit menggunakan kata ‘seperti’ atau ‘bagaikan’.
- ·
Metonimi adalah penggunaan sebuah kata atau
frasa untuk kata lainnya yang memiliki hubungan yang penting.
- ·
Conceit
(konstruksi rumit) adalah suatu elaborasi, seringkali merupakan metafora atau
simile yang berlebihan untuk membuat analogi dua hal yang benar-benar berbeda.
- ·
Ironi mengacu pada suatu bentuk ucapan lelucon
yang tidak lucu atau sedikit sarkastik.
- ·
Onomatopoeia adalah penggunaan kata-kata
sebagai peniruan suara-suara alami.
- ·
Oksimoron adalah kombinasi dari dua kata yang
tampak berlawanan atau tidak selaras.
- ·
Paradoks adalah sebuah pernyataan yang
tampaknya berlawanan atau tidak konsisten.
- ·
Personifikasi merupakan suatu representasi dari
dua benda atau gagasan abstrak yang digambarkan sebagai hal yang hidup.
- ·
Pertanyaan retorik adalah strategi bertanya
yang ditujukan bukan untuk mendapatkan informasi melainkan untuk lebih
menekankan jawaban yang sudah jelas dari hal yang ditanyakan.
- ·
Sinekdoke adalah teknik dengan suatu bagian
mewakili keseluruhan, keseluruhan mewakili bagian, spesies mewakili genus, dan
sebagainya.
Aristoteles merupakan orang yang menemukan
istilah metafora (meta = melebihi, pherein = membawa). Filsuf besar Yunani
tersebut menyatakan bahwa sekuat-kuatnya metafora sebagai konsep, fungsi utama
metafora bersifat stilistik, ia merupakan alat untuk membuat cara berkomunikasi
yang lebih prosais dan literal. Dalam metafora ‘the professor is a snake’ (profesor itu adalah seekor ular),
terdapat dua referen yang saling berhubungan. Referen utama adalah professor (profesor) yang disebut
sebagai topik (tenor) dan referen kedua adalah snake (ular). Hubungan antara kedua referen ini menciptakan makna
baru yang dapat diindikasikan dengan rumus X = Y. Berikut adalah ilustrasi dari
hubungan tersebut.
Kata ‘ular’ merupakan sebuah tanda yang memiliki makna. Bagian dari
Y tersebut dapat diindikasikan dengan rumus x = y. Berikut adalah ilustrasi
dari penjelasan tersebut.
Lakoff dan Johnson
berusaha menamai kembali konsep-konsep abstrak yang dikemukakan Aristoteles
sehingga terbentuk metafora konseptual. Metafora konseptual didefinisikan
sebagai formula pemikiran metaforis yang dirampatkan dan menekankan jenis-jenis
khusus tuturan metaforis. Contohnya, ungkapan ‘the professor is a snake’ (profesor itu adalah seekor ular)
benar-benar suatu tanda bagi sesuatu yang umum, yaitu metafora konseptual ‘people are animals’ (orang adalah
binatang). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa John, Mary atau siapa pun
adalah ular, gorila, atau binatang lainnya. Berikut adalah ilustrasi dari
penjelasan tersebut.
Metafora konseptual dapat disimbolisasikan
dengan X’ = Y’ untuk membedakannya dengan metafora yang spesifik (X = Y) serta
sarana yang menyertainya (x = y). Kedua bagian metafora konseptual tersebut
disebut ranah (domain), people
(orang) adalah ranah target (target
domain) karena people (orang)
merupakan topik umum atau target dari metafora konseptual sedangkan animals (binatang) adalah ranah sumber (source domain) karena merepresentasikan
kelas sarana yang mengantarkan metafora.
Lakoff dan Johnson
mengidentifikasikan tiga tipe dasar skema citra (kesan mental dari pengalaman
panca indera mengenai lokasi, perpindahan, bentuk, dan lain-lain). Tipe pertama
melibatkan pengalaman akan orientasi, yaitu up
vs down (atas – bawah), back vs front
(belakang – depan), near vs far
(dekat – jauh). Tipe kedua melibatkan pemikiran ontologis yang memproduksi
metafora-metafora konseptual dengan aktivitas, emosi, gagasan, dan lain-lain
diasosiasikan dengan entitas dan substansi, seperti the mind is a container (pemikiran adalah sebuah kontainer). Tipe
ketiga disebut struktural, melibatkan beberapa skema citra pada saat yang
bersamaan, contohnya time is a resource
(waktu adalah sumber daya) dibangun dari time
is a resource (waktu adalah sumber daya) dan time is a quantity (waktu adalah kuantitas), sebagaimana dalam “my time is money” (waktu saya adalah
uang).
Lakoff dan Johnson
juga menyatakan bahwa pemikiran kelompok secara kultural dibangun dari beberapa
lapisan atau kelompok metafora konseptual yang disebut model budaya atau
kognitif yang teridealisasi (idealized
cultural or cognitive models / ICMs). ICM dapat didefinisikan sebagai suatu
pengelompokan ranah sumber di sekitar konsep abstrak, misalnya makanan (food), tanaman (plants), bangunan (buildings),
dan lain-lain.
Teori metafora konseptual
(selanjutnya disebut CMT) menelusuri akar-akarnya terhadap gagasan kritikus
sastra I.A. Richards (1983-1979) yang pada 1936 menyatakan bahwa metafora lebih
banyak dihasilkan dari asosiasi konsep dibandingkan dengan kata-kata tunggal.
Suatu kajian yang dilakukan oleh pakar psikologi Gestalt Solomon Asch
menunjukkan bahwa tubuh adalah ranah sumber utama dalam konseptualisasi yang
telah diperkuat oleh kajian-kajian mengenai CMT, misalnya the head of an organization (kepala organisasi). Hal ini membuktikan
bahwa antrofomorfisme adalah kekuatan dasar dalam metafora. Menamakan dunia
secara antrofomorfis merupakan suatu kecenderungan universal.
Metonimi
dan Ironi
Terdapat dua tipe
yang secara teratur dianggap terpisah dari metafora dalam CMT, yaitu metonimi
dan ironi. Metonimi adalah proses penggunaan nama dari suatu benda untuk hal
lainnya yang diasosiasikan dengan benda tersebut (contoh gedung putih untuk
presiden). Dalam istilah konseptual, hal tersebut dapat didefinisikan sebagai
proses penggunaan suatu bagian dari suatu ranah untuk merepresentasikan
keseluruhan ranah. Sejalan dengan metafora konseptual, istilah metonimi
konseptual dapat digunakan untuk mengacu pada formula metonimis yang
digeneralisasi. Metonimi konseptual adalah abstraksi, memiliki keterkaitan
dengan ranah lain penciptaan makna pada suatu kebudayaan. Contohnya the white house isn’t saying anything
(gedung putih tidak mengeluarkan pernyataan apa-apa).
Ironi merupakan
penggunaan kata-kata untuk menyampaikan suatu makna yang berlawanan dengan
makna literal dari kata-kata tersebut. Misalnya ungkapan “I love being tortured” (saya suka disakiti). Secara lebih formal,
ironi adalah suatu strategi kognitif yang diungkapkan melalui makna sebaliknya,
antitesisnya, antonimnya, atau struktur lain yang berlawanan. Hal ini dapat
direpresentasikan sebagai suatu tanda X (pernyataan aktual) mengimplikasikan
suatu makna (Y) melalui lawannya (-Y) : X = -Y = Y.
Metafora
dan Tata Bahasa
Penelitian CMT
menunjukkan bahwa metafora konseptual memungkinkan untuk membentuk tata bahasa.
Contoh konkretnya dapat dilihat dari penggunaan preposisi since (sejak) dan for
(selama) dalam kalimat bahasa Inggris I
have been living here since 1999 (Saya telah tinggal di sini sejak 1999).
Analisis dari ungkapan yang mengikuti since
(sejak) menunjukkan bahwa ungkapan tersebut termasuk ke dalam ranah sumber
berdasarkan skema citra time as a point
in line (waktu adalah satu titik garis tertentu), dalam hal ini adalah
“1999”.
Metafora
dan Kebudayaan
Metafora konseptual
dan metonimi bukan hanya sebagai sumber kategori gramatikal yang paling mungkin
dalam suatu bahasa, tetapi mereka muncul sebagai “faktor-faktor konseptual”
dalam ritual, simbolisme, dan komponen lainnya dalam semiosfir. Misalnya
merefleksikan cinta sebagai sesuatu yang manis “dia kekasih saya (she is my sweetheart)”. Peribahasa juga
merupakan perpanjangan dari metafora yang digunakan untuk memberikan saran
praktis yang baik saat dibutuhkan dalam situasi tertentu, misalnya Rome wasn’t built in a day yang
merupakan saran untuk bersabar.
Metafora merupakan
bukti akan kemampuan manusia untuk melihat alam semesta sebagai suatu struktur
yang holistik. Sebagaimana dikemukakan oleh pakar fisika bernama Robert Jones,
bagi para ilmuwan metafora berperan sebagai hal yang “menimbulkan hubungan di
antara benda-benda”. Satu metafora mengungkapkan metafora yang lainnya, yang
juga mengungkapkan metafora yang lainnya, dan seterusnya.
Sumber:
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra
0 Comments